Yolo Artinya
Jangan Ragu, Mulailah Bergerak!
Hidupmu terlalu berharga untuk diisi dengan keraguan. Ingat pepatah bilang, “Satu langkah yang kamu mulai demi menuju hal yang lebih besar, jauh lebih berharga ketimbang satu rencana besar yang masih dalam angan-angan”.
YOLO menuntut kamu untuk aktif melakukan perubahan, dimulai dari hal-hal yang kecil. Punya ide, segera realisasikan. Jangan sampai ide tersebut tertutup sama ide-ide lainnya, sampai akhirnya hanya jadi hiasan angan-angan semata.
Tapi ingat, bukan berarti kamu harus grusa-grusu. Tetap pertimbangkan dengan matang setiap langkah yang akan kamu mulai.
Manfaatkan Waktu Sebaik Mungkin
YOLO bisa bermakna kamu hanya punya kesempatan hidup satu kali. Punya waktu luang, jangan pernah menyia-nyiakannya. Gunakan waktu luang kamu untuk hal-hal yang positif dan bersifat produktif. Misalnya membaca buku, mengembangkan strategi bisnis dan lainnya
Tapi ingat, bukan berarti kamu nggak boleh main atau liburan. Tapi usahakan setiap momen bermain dan liburan yang kamu lakukan, memiliki makna lebih. Bukan hanya sekedar bersenang-senang.
Misalnya, bermain dan berkumpul dengan komunitas pengembangan bisnis, berlibur ke tempat-tempat yang bisa memberi inspirasi dalam perjalanan bisnis, dan lainnya. Intinya, kamu harus bisa mengambil manfaat dari setiap detik yang dihabiskan.
Mengenal Arti Bahasa Gaul FOMO, JOMO, FOBO, Yolo, dan Cara Penggunaannya
Nah, supaya nggak salah menggunakan istilah dari bahasa gaul itu, simak perbedaan arti FOMO, JOMO, FOBO, dan YOLO di bawah! Selain itu, ketahui juga cara penggunaannya yang tepat.
Baca juga: Artinya Instahusband: Kisah di Balik Foto Instagram Estetik Pasangan
Pernah Dengar Istilah YOLO? Ternyata Ini Artinya!
Pernah mendengar YOLO? Yups, ini merupakan singkatan dari You Only Live Once, alias kamu hanya hidup satu kali. Secara sederhana, ungkapan ini sebenarnya mengandung makna motivasi agar membuat hidupmu lebih bermakna, jangan diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sementara untuk makna yang lebih luas, YOLO merupakan filosofi hidup yang sangat dalam, mengajarkan kamu untuk melakukan beberapa hal berikut ini.
FOBO adalah kembaran istilah FOMO
Istilah unik bahasa Inggris lain yang biasa kamu temukan dalam bahasa gaul ada FOBO, yaitu Fear of Better Option. Dalam bahasa Indonesia artinya takut akan opsi lebih baik.
Orang-orang yang mengalami FOBO terjebak pilihan-pilihan yang harus diambil saat dihadapkan pada suatu keputusan. Akibat dari ragu mengambil keputusan, kamu secara obsesif akan memikirkan semua pilihan karena takut kehilangan opsi terbaik dan nantinya menyesal.
FYI, istilah ini diciptakan oleh Patrick McGinnis, pemodal ventura AS yang dikenal juga sebagai pencetus istilah FOMO. Cara mengatasi FOBO, kamu perlu percaya akan keputusan yang telah diambil, dan mengetahui dampak dari keputusan tersebut.
Baca juga: Istilah Anak Jaksel dalam Circle Pergaulan | Sudah Tahu Belum?
YOLO atau You Only Live Once pasti sangat sering kamu mendengarnya. Bagi sebagian orang, istilah ini seperti mantra untuk nggak membuang-buang waktu dan lakukan apa yang diinginkan saat ini.
Hidup hanya sekali dan banyak orang ingin lebih menikmati hidup daripada memikirkan pendapat orang lain.
Tapi kalau kamu salah kaprah dengan artinya YOLO dan hanya fokus pada kesenangan semata, bisa-bisa nanti berdampak negatif, seperti sembrono melakukan pengeluaran tanpa memikirkan dampak panjang.
Istilah ini sebenarnya memiliki makna motivasi supaya kamu menjalani hidup lebih bermakna. Mengisi kehidupan kamu dengan hal-hal bermanfaat.
ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
Itulah arti FOMO, JOMO, FOBO, dan YOLO. Kini, kamu nggak perlu bingung lagi cara penggunaannya yang tepat. Ternyata bukan sekadar bahasa gaul saja, kan? Semoga membantu, ya!
Cari kost coliving dekat dengan kuliner, perkantoran, rumah sakit, maupun tempat strategis lainnya? Coba ngekost di Rukita saja!
Tersedia berbagai pilihan jenis kost coliving Rukita yang berada di lokasi strategis dengan akses mudah dekat berbagai tempat strategis. Nggak hanya di Jabodetabek dan pulau Jawa saja, ada juga di beberapa kota Indonesia lainnya!
Tapi, kalau kamu punya budget pas-pasan dan sedang mencari kost harga ekonomis fasilitas lengkap, bisa kepoin Infokost.id. Tersedia kost di beberapa kota di Indonesia dengan harga sewa murah!
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @rukita_Indo, Twitter di @rukita_Id, dan TikTok @rukita_id untuk berbagai info terkini serta promo menarik!
Hidupmu Harus Berguna Bagi Orang Lain
Kamu diminta untuk punya tujuan hidup, dan memaksimalkan waktu sebaik mungkin. Itu bukan untuk dirimu sendiri lho, tapi juga ada ‘jatah’ orang lain. Makanya, di kesempatan hidup kali ini, cobalah untuk jadi sosok yang berguna bagi orang lain.
Nggak perlu jadi orang kaya, mulailah berbagi dengan hal-hal yang kamu miliki. Punya tenaga, maka gunakan tenagamu. Jika kamu punya pemikiran, dan ilmu, maka bagikanlah pemikiran dan ilmu tersebut untuk orang lain.
Jika bukan sekarang, mau kapan lagi. Kamu nggak bakalan hidup selamanya, tapi namamu akan dikenang sepanjang masa oleh orang-orang yang merasa terbantu dengan kontribusimu.
Apa itu arti FOMO, JOMO, JOBO, dan YOLO? Cari tahu artinya FOMO dulu
Sebelum mengenal semua arti FOMO, JOMO, JOBO, dan YOLO, pertama ketahui dulu arti FOMO, yuk! FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out, sementara dalam bahasa Indonesia berarti takut tertinggal.
Orang-orang yang mengalami FOMO rasanya nggak ingin ketinggalan informasi atau melewatkan hal penting yang menyenangkan. Artinya bisa juga kecemasan mengetahui orang lain memiliki momen mengasyikkan, tapi kamu nggak ikut serta di dalamnya.
Pertama kali diperkenalkan tahun 2004, arti FOMO semakin sering digunakan sampai masuk ke kamus Oxford pada 2013, lho. Kalau kamu sedang lihat update instastory teman latar tempat yang bagus langsung penasaran “Aesthetic banget spot fotonya, di mana, ya?”
Jangan-jangan saat itu kamu sedang mengalami FOMO? Cara menghindari FOMO yaitu dengan melakukan detox media sosial atau batasi waktu bermain medsos, fokus pada diri sendiri, serta selalu bersyukur.
Kalau FOMO adalah rasa cemas ketinggalan ini-itu, artinya JOMO kebalikannya, nih. JOMO merupakan singkatan dari Joy of Missing Out. Istilah bahasa gaul ini memiliki arti kamu tetap senang meski tertinggal dan menikmati apa yang sedang dilakukan saat ini.
Kamu nggak perlu membandingkan kehidupanmu dengan orang lain maupun memikirkan apa kesenangan yang sedang orang lain lakukan. Eits, tapi jangan salah kaprah memahami penggunaan bahasa gaul satu ini.
Orang-orang yang JOMO bukan berarti tak acuh dengan sekitarnya. Kamu merasa puas dan cukup dengan kehidupanmu, sehingga lebih fokus pada hal-hal yang kamu senangi saja. Ya, tetap merasa nyaman meski melewatkan banyak hal yang sebenarnya kamu tak ingin melewatkannya.
Baca juga: 1432 Meaning dan Arti Bahasa Gaul Angka Lainnya di Media Sosial
Hi Learners!! Kalian tau kan kalau zaman sekarang udah semakin canggih, social media juga udah banyak banget, seperti Twitter, Path, Instagram, dan masih banyak lagi yang lain social media yang bisa kita gunakan. Dan pastinya ada banyak juga bahasa gaul yang banyak digunakan anak zaman sekarang. Sebagai pengguna socmed, kita pasti sering mendengar kata YOLO. Apa sih arti YOLO? Yuk kita lebih Mengenal Arti YOLO dan Penggunaannya.
Nah sekarang kita akan Mengenal Arti YOLO dan Penggunaannya. Kata YOLO ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan dunia socmed. Tapi, anak zaman sekarang ngga jarang pakai hashtag YOLO di socmed mereka. Sebenarnya makna YOLO itu bagus, hanya saja kadang digunakan untuk alasan yang terlalu ‘bebas’. YOLO sendiri merupakan singkatan dari frasa You Only Live Once yang berarti kurang lebih sama dengan Hidup Cuma Sekali. Namun ada beberapa anak muda yang mengartikan YOLO dengan You Only Live On yang biasanya digunaka anak muda untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar.
Slogan ini biasa diucapkan oleh anak-anak muda saat melakukan suatu hal yang mungkin dilakukan sekali seumur hidup. Artinya hampir sama dengan frasa dari Bahasa Latin, Carpe Diem. Namun seringnya, frasa ini digunakan sebagai alasan ketika seseorang melakukan hal-hal yang menurut orang lain tidak wajar. Slogan ini diucapkan pertama kali sekitar tahun 2011 kemudian menjadi terkenal di tahun 2013 hingga sekarang. Slogan ini lebih sering dituliskan di sosial media seperti Twitter, Facebook dan Instagram.
Ini dia contoh penggunaan YOLO dalam percakapan Bahasa Inggris:
Setiap Orang Punya Talenta Besar, Manfaatkanlah!
Setiap manusia dilahirkan dengan bakatnya masing-masing. Ada yang berbakat dalam bidang seni, punya kelebihan kekuatan fisik, atau ada juga yang punya kemampuan komunikasi. Gunakan talenta tersebut untuk mencapai tujuan dalam hidupmu.
Jangan pernah menyia-nyiakan anugerah yang diberikan Tuhan. Jika kamu belum tahu talenta yang dimiliki, maka mulailah mencari. Kamu bisa memulainya dari hal-hal yang paling disukai, kemudian latih terus kemampuan tersebut hingga menjadi ahli.
Tapi ingat, jangan pernah puas dengan satu kemampuan. Anugerah Tuhan itu maha luas, terus gali dan kamu akan tahu betapa luar biasanya bakat yang kamu miliki.
tirto.id - Melancong menjadi kegemaran generasi milenial, yakni mereka yang lahir di atas tahun 1980-an hingga tahun 1997. Menurut Prita Ghozie, CEO ZAP Finance, hobi melancong tidak terlepas dari slogan “You Only Live Once” atau YOLO yang membentuk gaya hidup generasi milenial.
Menurut Jason Vitug dalam buku You Only Live Once: The Roadmap to Financial Wellness and a Purposeful Life (2016), slogan YOLO menjadi ekspresi akan ketidakpastian hari esok. Slogan ini mengajarkan untuk meraih kesempatan dan hidup dengan bebas.
Akronim YOLO populer setelah Drake, penyanyi rap asal Kanada, merilis single hip hop bertajuk “The Motto” tahun 2011. Kajian Alex Leavitt berjudul "From #FollowFriday to YOLO: Exploring the Cultural Salience of Twitter" dalam buku Twitterand Society (2014) menjelaskan, YOLO merupakan moto kebudayaan anak muda Amerika mulai akhir tahun 2011 dan awal 2012.
YOLO menjadi penjelasan perilaku tidak bertanggung jawab anak muda Amerika yang ditampilkan lewat unggahan Twitter. Penggunaan moto YOLO seterusnya tidak hanya berhenti di media sosial Twitter tapi juga populer dipakai di unggahan media sosial lain, yakni Facebook. YOLO bahkan digunakan di luar dunia virtual. Ia bisa ditemukan di tengah percakapan antar-remaja di sekolah.
Menurut Leavitt, YOLO menjadi semacam carpe diem generasi anak muda saat ini. Roman Krznaric dalam Carpe Diem Regained: The Vanishing Art of Seizing the Day (2017) mengatakan kalau tagar #YOLO menjadi perwujudan moto carpe diem di media sosial. Carpe diem yang berarti “petiklah hari ini” diciptakan oleh penyair Romawi bernama Quintus Horatius Flaccus atau yang biasa dikenal dengan Horace. Ia menciptakan aforisme ini 2.000 tahun lalu, tapi carpe diem hidup dalam budaya populer hingga sekarang.
Salah satu yang paling mengesankan adalah gambaran carpe diem dalam film Dead Poets Society (1989). Film itu mengisahkan tentang kehidupan remaja di sekolah elite Welton Academy yang berubah drastis saat ada guru Bahasa Inggris baru bernama John Keating.
Keating, diperankan oleh Robin Williams, adalah sosok guru nyentrik dan memakai pendekatan yang berbeda dari guru-guru lain. Mulai dari naik ke atas meja, hingga berani menyobek halaman buku pelajaran. Pada murid-muridnya, Keating mengajarkan tentang carpe diem. Petiklah hari ini.
"Kenapa carpe diem? Karena kita adalah makanan untuk para cacing, bung. Karena, percaya atau tidak, setiap dari kita di ruangan ini, suatu hari nanti akan berhenti bernafas, tubuh jadi dingin, dan kita mati [...] carpe diem. Buatlah harimu luar biasa," kata Keating.
Pesan carpe diem yang saat ini muncul dalam slogan YOLO membawa pengaruh pada siapa pun yang mengamininya, tidak terkecuali generasi milenial. Prita Ghozie, CEO Zap Finance, perusahaan perencana finansial, kepada Tirto mengatakan kalau pola pikir YOLO berdampak pada generasi milenial Indonesia dari sisi ekonomi dan psikologis.
“Kecenderungan yang muncul adalah generasi milenial akan menjadi konsumtif dan mengutamakan pengeluaran untuk kegiatan yang sifatnya pengalaman. Contohnya travelling, experienced buying, dan lain-lain,” ujar Prita.
Experienced buyingmerupakan kegiatan membeli pengalaman yang menurut Thomas Gilovich, seorang profesor Psikologi dari Cornell University, fenomena itu mulai marak terjadi sejak tahun 2000-an awal. Melancong, menonton konser, dan melihat film di bioskop adalah contoh membeli pengalaman.
Pernyataan Prita senada dengan hasil riset kerjasama antara Rumah 123.com dan Karir.com. Penelitian itu menyebut generasi milenial Indonesia lebih mengutamakan aktivitas leisure dan traveling ketimbang memikirkan kebutuhan jangka panjang seperti membeli rumah.
Fenomena ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi juga negara lain seperti Cina, Amerika Serikat, dan Inggris. Penelitian yang dilakukan Airbnb, perusahaan jaringan pasar daring dan penginapan rumahan asal Amerika Serikat (2016) menyebutkan melancong menjadi hal penting bagi para milenial, khususnya di Cina.
Dari 1.000 responden berumur 18 sampai 35 tahun, sebanyak 47 persen orang asal Inggris memprioritaskan melancong dibandingkan membeli rumah atau mobil juga membayar utang. Di Amerika Serikat, 55 persen responden lebih memilih menggunakan uangnya untuk pelesir. Cina menduduki peringkat paling tinggi, yakni sebanyak 71 persen orang yang mengakui aktivitas pelesir sebagai inti identitasnya.
Meski begitu, tingginya keinginan generasi milenial untuk melakukan aktivitas leisure dan melancong tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan keuangan. Penelitian berjudul Employee Financial Wellness Survey tahun 2017 yang diterbitkan PwC, lembaga akuntansi di London, memaparkan sejumlah persoalan keuangan 1.600 pekerja penuh Amerika, termasuk di dalamnya generasi milenial.
Kekhawatiran seperti tidak punya tabungan untuk membayar keperluan tidak terduga, tidak bisa pensiun sesuai waktu yang diinginkan, tidak bisa memenuhi biaya hidup per bulan, diberhentikan dari pekerjaan, tidak bisa membayar utang, kehilangan rumah, dan tidak bisa membayar biaya kuliah membayangi pekerja milenial.
Manajemen utang dan kas para pekerja tersebut juga menunjukkan problem. Sebanyak 41 persen responden milenial mengatakan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup per bulan. Hal ini membuat penggunaan kartu kredit dipilih sebagai jalan keluar. Data PwC menunjukkan 45 persen responden milenial menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, 70 persen pekerja secara konsisten mempunyai saldo alias utang kartu kredit. Dari pengguna kartu kredit itu, 39 persen responden kesusahan untuk membayar batas minimum pembayaran tiap bulan. Stres akibat masalah keuangan pada akhirnya menempati posisi tertinggi dibandingkan masalah lain yang juga jadi penyebab stres kaum milenial seperti kesehatan, pekerjaan, dan hubungan.
Hasil studi PwC di atas mengundang tanggapan Prita. “Dikatakan bahwa 70 persen dari generasi milenial memiliki utang kartu kredit. Jika hal ini tidak segera dibenahi maka artinya selama bertahun-tahun generasi milenial terbiasa hidup di atas batas kemampuannya. Jika demikian maka berpotensi akan bangkrut di usia 40 tahun,” katanya.
Ia mengatakan apabila generasi milenial hanya memikirkan hidup seakan hanya untuk hari ini maka persoalan akan muncul ketika masa pensiun. “Apalagi jika pekerjaan tetap sudah tidak dimiliki saat masih berusia 40-an tahun maka akan sangat menyulitkan generasi milenial untuk bertahan hidup dengan baik,” imbuhnya.
Pola pikir YOLO, menurut Prita, akan berdampak pada skala prioritas. Generasi milenial ingin langsung menikmati penghasilan yang diperoleh tanpa memikirkan pengeluaran di masa depan. Padahal, penghasilan tersebut belum tentu didapatkan lagi. Karenanya, Prita menyarankan perlunya punya rencana keuangan yang tertulis supaya bisa dilakukan pengecekan atas apa yang direncanakan dan apa yang dijalankan.
“Selain itu, kita memang harus bisa berhitung tentang berapa kebutuhan dana yang diperlukan untuk memenuhi pengeluaran yang sifatnya wajib, butuh, dan ingin,” ujar Prita.
Dana darurat dan investasi adalah hal wajib bagi generasi milenial. Caranya dengan menyisihkan setidaknya 10 persen dari penghasilan untuk investasi. “Tapi, uangnya jangan dipakai dalam jangka pendek. Pakai saat sudah berusia 45 tahun ke atas,” katanya.
Yuk, mengenal arti Fomo, Jomo, Fobo, dan Yolo!
Sudah sering mendengar istilah FOMO, JOMO, FOBO, ataupun YOLO? Keempat kata itu merupakan singkatan dari istilah bahasa Inggris yang sering digunakan sebagai bahasa gaul. Paling banyak nih, digunakan oleh generasi milenial dan gen Z.
Lantas, apa sebenarnya arti FOMO, JOMO, FOBO, dan YOLO? Ternyata istilah-istilah itu bukan hanya sebatas bahasa gaul, namun juga berkaitan dengan keadaan psikologis seseorang.
Hidup Punya Tujuan, Capai Apa Yang Jadi Tujuanmu
Setiap orang yang hidup di muka bumi ini harus punya tujuan yang jelas dalam hidupnya. Sekarang coba tanya pada dirimu sendiri, apa tujuan hidupmu? YOLO mengingatkan kamu agar selalu punya tujuan hidup. Jangan hanya numpang bernafas saja!
Setelah tahu apa tujuan hidupmu, persiapkan rencana demi memenuhi tujuan hidupmu. Mulailah dari hal-hal yang kecil, seperti membuka kembali resolusi tahunan yang ingin dicapai, kemudian mulailah melangkah demi mewujudkan resolusi tersebut.
Jika belum menemukan apa tujuan dalam hidup ini, luangkan beberapa waktu untuk berbicara dengan diri sendiri. Renungkan arti hidup ini, dan ingatlah orang-orang spesial dalam hidupmu.